“Sepertinya ayah anda terkena Parkinson, Mba.” Ujar dokter itu setelah memerika kondisi fisik ayah.
“Parkinson? Itu penyakit apa ya, Dok?” tanyaku dengan lugunya. Melupakan bahwa beberapa waktu yang lalu aku sempat membaca novel yang mana tokoh ibu dari si tokoh utama diceritakan menderita Parkinson.
“Itu lho, Mba. Penyakit yang membuat tangan si penderita bergetar.” Salah seorang Dokter Muda yang berada di ruangan itu berusaha memberikan penjelasan padaku yang hanya bisa kujawab dengan oo panjang. Dalam kepalaku seketika terbayang sosok ayah Raju Rastogi dalam 3 Idiots yang tangannya selalu bergerak.
“Lalu bagaimana dengan demensianya?” Tanyaku lagi.
“Iya demensia juga ada. Untungnya Mba membawa ayahnya sekarang. Jadi kami masih bisa melakukan tindakan-tindakan untuk mengobati penyakit ayahnya.”
Aku hanya manggut-manggut.
“Nah, sekarang Mba bawa ayahnya buat CT Scan ya. Ini surat rujukannya.” Dokter itu berkata kembali sambil menyerahkan selembar surat rujukan ke lab radiologi.
***
Dalam sinetron-sinetron yang kita tonton setiap harinya, hampir bisa dipastikan ada kasus dimana si pemeran utama atau pemeran pendukungnya terkena penyakit kronis. Salah satu penyakit yang paling banyak dipakai untuk kasus seperti tak lain dan tak bukan adalah kanker. Saya sendiri tak mengerti mengapa kanker ini menjadi penyakit favorit yang dipilih para pembuat sinetron kita. Dan meskipun tak banyak memberikan tambahan pengetahuan bagi penontonnya tentang si kanker ini (setidaknya menurut saya), namun setidaknya dengan seringnya penyakit kanker ini muncul di sinetron kita cukuplah membuat para penonton “aware” dengan kehadirannya.
Selain kanker, penyakit lain yang pernah mampir di sinetron kita adalah Ataxsia yang diderita Chelsea Olivia dalam Buku Harian Nayla dan Alzheimer dalam salah satu sinetronnya Dhini Aminarti. Lalu bagaimana dengan Parkinson seperti yang divoniskan dokter kepada ayah saya? Well, mungkin karena Parkinson ini adalah penyakit yang umumnya menyerang orang tua, maka saya tak menemukan satupun sinetron Indonesia yang menyelipkannya. Entah kalau film.
Oleh karena belum menemukan rujukan visual (bahasa apa ini?) yang pas untuk mengetahui bagaimana bahayanya penyakit Parkinson ini, maka mau tak mau saya harus mencarinya di internet. Dan berikut hasil yang saya peroleh untuk Parkinson yang didapat dari sini:
Penyakit Parkinson dimulai secara samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita, pada mulanya Penyakit Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat, tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stress emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor. Pada awalnya tremor terjadi pada satu tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata.
Pada sepertiga penderita Penyakit Parkinson, tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot. Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
Penderita Penyakit Parkinson mengalami kesulitan dalam melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun sesuai dengan langkahnya. Jika penderita Penyakit Parkinson sudah mulai berjalan, mereka mengalami kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh ke depan atau ke belakang.
Wajah penderita Penyakit Parkinson menjadi kurang ekspresif karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang banyak penderita Penyakit Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita Penyakit Parkinson seringkali ileran atau
tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan menyebabkan kesulitan menelan. Penderita Penyakit Parkinson berbicara sangat pelan dan tanpa aksen (monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan fikirannya.
Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.
Membaca beberapa informasi tentang Parkinson ini (atau mungkin lebih tepatnya penyakit yang menyerang sistem syaraf), jujur membuat saya ngeri. Mungkin penyakit ini tidak seberbahaya dan semahal kanker dalam pengobatannya. Rasa sakit yang diderita juga tidak seperti kanker yang bisa dilihat dengan kasat mata. Namun bukankah kehilangan salah satu fungsi syaraf juga bisa menjadi mimpi buruk bagi setiap orang? Bayangkan tubuh yang dulunya bisa bergerak aktif tiba-tiba tak bersahabat lagi dengan kita. Ingatan yang pelan-pelan dicuri dari kita. Dan itu semua terjadi saat kita merasa hidup kita masih seribu tahun lagi.
Ah, saya jadi teringat momen ketika dokter yang memeriksa ayah saya mengatakan bahwa ayah saya menderita Parkinson. Dia berkata dengan sangat santai di hadapan saya dan ayah. Mungkin untuk menenangkan saya sebagai pihak keluarga. Padahal biasanya dalam sinetron-sinetron yang saya liat, untuk penyakit-penyakit berat seperti kanker dokter akan berbicara secara rahasia kepada pihak keluarga. Mungkinkah itu hanya terjadi pada sinetron-sinetron dan bukan dalam dunia nyata?
Gambar pinjam di sini.
NB : kalau ada yang tau film atau biografi ttg parkinson semoga berkenan memberitahu saya.