untukmu segalanya

Beberapa waktu lalu, saya dan seorang teman kantor plus supir berangkat ke Banjarbaru untuk mengikuti proses pembuktian kualifikasi atas data yang saya input ke LPSE. Dalam perjalanan pulangnya, radio Abdi Persada yang menemani perjalanan kami menuju Banjarmasin memutar tembang-tembang lawas. Ada Dewi Yul, Broery Marantika, dan termasuk juga lagu ini.

Nah, jika untuk lagu-lagu sebelumnya saya bisa dengan mudah menebak nama penyanyinya. Maka untuk lagu yang satu ini saya agak kesulitan dalam menebaknya. Satu-satunya yang saya ingat dari lagu ini adalah dia merupakan soundtrack dari sebuah sinetron yang pernah saya tonton bertahun-tahun lalu. Sempat saya adu pendapat dengan supir kantor tentang siapa penyanyi lagu ini. Saya bilang Novia Kolopaking, beliau bilang Ita Purnama Sari. Penasaran, saya pun akhirnya bertanya pada mbah Google. Dan tenyata tebakan saya benar. Lagu yang juga merupakan ost untuk sinetron dengan judul yang sama ini dinyanyikan oleh Novia Kolopaking.



Masihkah ada rindu di dalam dada
Mungkinkah kau kanda, ampuni segala dosa
Untukmu segalanya, hidupku ini
Untukmu aku rela jalani semua dera dan siksa
Untukmu segalanya…

Masihkah ada rindu di dalam dada

Mungkinkah kau kanda, ampuni segala dosa

Untukmu segalanya… Untukmu segalanya…


Melihat kembali cuplikan dari sinetron Untukmu Segalanya di atas mau tak mau membuat saya teringat kembali sinetron-sinetron lain yang saya tonton pada masa yang sama. Selain Untukmu Segalanya, ada juga Saat Memberi Saat Menerima, Janjiku, dan beberapa judul lainnya yang saya sudah lupa bercerita tentang apa. Masa itu bisa dibilang merupakan masa keemasan bagi Paramitha Rusady, Elma Theana, Jeremy Thomas, Anjasmara, Desy Ratnasari. Mereka semua adalah langganan untuk pemeran utama sinetron-sinetron yang saat itu masih dikuasai oleh Raam Punjabi. Untuk tokoh antagonisnya sendiri, satu-satunya yang bisa saya ingat kayaknya cuma Leily Sagita :D.

Bicara soal isi cerita, mungkin tak jauh berbeda dengan isi cerita sinetron kita sekarang. Tokoh utama yang selalu teraniaya dan tokoh antagonis yang matanya selalu melotot. Pokoknya semuanya serba hitam putih. Bedanya, jika dahulu sinetron kita masih berkiblat pada India, maka untuk sekarang sinetron kita lebih sering “mengadaptasi” drama-drama Korea. Pada masa itu juga masih ada yang namanya Festival Sinetron Indonesia, sebuah ajang penghargaan bagi dunia sinetron kita. Desy Ratnasari dan Meriam Bellina merupakan dua artis yang seingat saya pernah memenangkan penghargaan itu. Kalo sekarang ajang itu mungkin sudah diwakilkan oleh Panasonic Award kali ya?

Trus apa lagi yang membedakan antara sinetron tahun 90an dengan sinetron masa sekarang? Selain jam tayang mungkin yang paling nyata adalah regenerasi para artis sinetron. Jika pada tahun 90-an itu para artis yang sudah berusia duapuluh sekian masih bisa dapat peran sesuai atau bahkan lebih muda dari umurnya, maka untuk sekarang para artis harus memerankan tokoh yang jauh lebih tua dari umur aslinya. Kondisi seperti ini mau tak mau “memotong umur” mereka di dunia sinetron. Jadi kalau dahulu Paramitha Rusady masih bisa dapat peran utama di usianya yang hampir tiga puluh, maka untuk sekarang usia dua puluh dua harus rela dapat peran ibu-ibu muda. Sadis, ya?

Anyway, ada yang masih ingat Untukmu Segalanya ini bercerita tentang apa?