“Kamu terus yang dikirimin undangan. Kapan nih kamu yang ngirim undangan?” Begitu paman saya bertanya ketika saya akan menghadiri undangan pernikahan adik dari seorang kawan SMA saya kemarin. Pertanyaan yang sebenarnya sudah cukup sering terlotar berbagai pihak.
Saya sendiri sebenarnya cukup santai menghadapi pertanyaan tersebut. Kadang saya hanya menanggapinya dengan tersenyum. Kadang juga dengan cueknya berkata, “Kalau mau saya ngirim undangan ya cariin, dong.” Jawaban ini sebenarnya serius. Hanya saja mungkin orang tua saya kapok setelah saya dengan berbagai pertimbangan menolak seseorang mereka tawarkan kepada saya.
Sungguh sebenarnya saya merasa tak enak hati dengan ibunda tercinta. Melihatnya bermain-main dengan kucing di rumah, saya tahu pasti dirinya sangat merindukan kehadiran seorang cucu dari putrinya. Apalagi dua adik sepupu saya yang kebetulan kakak beradik sudah mendahului saya awal tahun ini, dan masing-masing sedang menantikan kelahiran buah hati mereka. Dari yang saya dengar dari adik saya, orang tua saya sempat disindir oleh saudara-saudaranya gara-gara putri sulungnya yang merupakan cucu tertua di keluarganya belum jua menemukan jodohnya. Sementara adik sepupu saya yang baru lulus pesantren sudah jadi istri orang. Duh, semakin berat saja beban saya.
Maka ketika saya bersama ibu saya menghadiri pernikahan adik teman saya kemarin, entah mengapa tiba-tiba saya teringat sebuah kutipan dari salah satu buku Salim A. Fillah. “Berilah tanggal pada mimpimu,” begitu beliau menulis. Saya pun teringat. Selama ini saya hanya mengucapkan mimpi saya, tanpa memberikan tanggal dari mimpi tersebut. Padahal dari yang saya baca, dengan memberikan tanggal pada mimpi atau keinginan bisa memberikan motivasi bagi kita untuk mewujudkan mimpi tersebut. Dan bukankah kita akan lebih bersemangat mengejar sesuatu jika diberikan batas waktu?
Nah, dipicu oleh rasa iri pada sepasang pengantin yang tampak bahagia di pelaminan, serta ingatan akan buku Salim A. Fillah tersebut, saya lalu tanpa sadar berkata pada diri saya sendiri, “Pokoknya Ramadhan tahun depan saya harus sudah menikah.”
Semoga Allah memudahkan jalan saya untuk mewujudkan keinginan tersebut.