“Aku mau resep pastanya..”
Begitulah status yang saya buat setelah menonton Masterchef hari Minggu kemarin, terutama ketika melihat para chef master tersebut mencicipi satu-persatu hasil masakan para kandidat tersebut. Ada Agus dengan Fettucini Saus Merah-nya, lalu Rahma dengan Spagetti (atau Fettucini?) Bu May, Sarwan dengan Pasta Mie, juga Priscil dengan Fettucini saus Carbonara. Semuanya sukses mebuat air liur saya menetes .
Pasta. Makanan yang berasal dari Italia ini sebenarnya baru beberapa bulan terakhir akrab di lidah saya. Mulanya dari adik yang iseng membeli sebuah spagetti instan, kemudian diikuti dengan membeli spagetti murah meriah di sebuah rumah makan, hingga akhirnya menikmati fettucini di restoran khas itali yang terkenal itu. Beberapa kali mencicipi mi ala italia itu rupanya sukses membuat saya ketagihan dan ingin mencoba mengolahnya sendiri. Saya pun bertanya pada mba Google untuk mengetahui resep saus yang digunakan untuk spagetti yang dikenal dengan nama saus Bolognaise itu. Dan rupanya, membuat saus Bolognaise itu nggak terlalu susah. Jika dibandingkan dengan membuat soto banjar, jelas jauh lebih mudah membuat saus bolognaise ini. Hohoho.
Salah satu alasan yang membuat saya begitu penasaran dengan Fettucini ini mungkin karena harganya yang sedikit lebih mahal ketimbang mie yang biasa kita temui. Fettucini dan spageti juga tak bisa dengan mudah ditemukan di warung-warung pinggir jalan. Dengan mengetahui resep sausnya setidaknya saya tidak perlu khawatir akan “kepuhunan” hanya karena ketika lagi pengen banget makan pasta taunya nggak kesampaian gara-gara males jalan. Walau tetap saja bahan-bahan yang diperlukan untuk melengkapi pasta ini cukup mahal, senggaknya nggak semahal kalo saya beli di restoran 😀
Bicara soal enak atau tidak, jika dibandingkan dengan martabak telur pinggir jalan kesukaan saya, mungkin jauh lebih enak martabak telur itu. Plus harganya juga jauh lebih bersahabat. Sebenarnya saya juga pengen banget belajar bikin martabak. Hanya saja faktor prestise pada akhirnya membuat pasta mendapat kesempatan terlebih dahulu ketimbang si martabak. Dan kenyataan bahwa membuat saus bolognaise lebih gampang ketimbang membuat kulit martabak jelas membuat si martabak semakin terpinggirkan.
Hal yang sama juga terjadi ketika saya mati-matian belajar bikin Brownies beberapa tahun yang lalu. Usai membaca novel adaptasi Fira Basuki yang berjudul Brownies, entah kenapa saya tiba-tiba dilanda euphoria “tergila-gila” pada kue yang satu ini. Padahal dulu-dulu saya paling ogah kalo ditawari kue bantet ini, dan jauh lebih menyukai cake tradisional macam sponge dan lain sebagainya. Dan dikarenakan kesukaan yang tiba-tiba itu, akhirnya saya belajar membuat brownies. Hasilnya, hingga hari ini brownies buatan saya lebih bisa dibilang cake coklat ketimbang brownies .
Selain pasta dan brownies, beberapa resep lain yang sempat saya pelajari adalah makaroni schotel dan pancake. Kalo ada yang nanya kenapa ga belajar bikin kue tradisional Banjar, padahal ibu saya adalah pembuat kue basah khas Banjar, jawabannya adalah karena masak kue tradisional itu jauh lebih ribet ketimbang semua yang saya pelajari di atas. Trus keseringan melihat ibu mengerjakan kue-kue tersebut membuat saya bosan sendiri. In fact, saya cuma tau cara menuang kue-kue tersebut namun tidak tau resepnya. Padahal boleh dibilang itu tak semua orang bisa membuat kue-kue tersebut. Yah, mungkin suatu saat saya akan mempelajarinya. namun untuk sekarang? Sepertinya tidak dulu.
Oya, ngomong-ngomong soal Masterchef kemarin, reality show yang satu ini juga menjadi salah satu tontonan rutin saya di akhir pekan. Bukan karena chef Juna (walau belakangan saya juga jadi ikut-ikutan sama chef yang satu ini), melainkan lebih kepada latar belakang para pesertanya yang bukan berasal dari dunia masak-memasak. Apalagi di antara para kandidat tersebut ada orang Banjar. Jelas dong saya bangga. Yah walaupun Agus jarang dapat airtime, seenggaknya dia lolos sampai 7 besar. yay. Go go Agus.
belum pernah makan pasta*ndesa
Di rumah sediain spaghetti dan bahan2 sausnya, jadi kalo lagi pengen tinggal ngubek2 dapur. Sausnya juga yang sederhana aja. 20 menit cukup 😀
ndapapa juga to…mahal juga soalnya 😀
ternyata spageti itu ga mahal2 amat ya mb. Yg mahal ya itu, pastanya. Jd kpengen bljr bikin pasta juga jadinya 🙂
post resep dong mbak 🙂
iyofavoritku agus sama tata
Aku suka yg tradisional2 saja. Haha..
Yang bikin kepuhunan itu malah kue2 basah khas daerah kita yan..kalo yg pasta2 gt..gak bakal lah.. eh dibanding laksa pasti lebih susah laksa ya?hehe
Agus itu begitu humble, tenang, dan pinter masak. pengen kenalan deh hikhikhik.
kakaaa… jadi lapaaar.. :)))di Bjm di mana spageti yang nyaman ka?
Hehehe, love spaghetti very much 😀
suka semua yang Antung tulis, tapi nahan-nahan diri, karena kalau dituruti makan itu semua semua itu, tubuhku bisa sebesar…:D
hehehe wong banjar 😀
spageti, cukup kadang2 saja..martabak, bolehlah lebih sering, hihi
yup saya jg mengunggulkan agus mbak, Go agus , go agus 😀
belum pernah makan pasta*ndesa
Di rumah sediain spaghetti dan bahan2 sausnya, jadi kalo lagi pengen tinggal ngubek2 dapur. Sausnya juga yang sederhana aja. 20 menit cukup 😀
ndapapa juga to…mahal juga soalnya 😀
hohoho..aku juga akhir2 ini suka nyimpen spageti sama fettucini di dapur. saingan sama mi instan 😀
ternyata spageti itu ga mahal2 amat ya mb. Yg mahal ya itu, pastanya. Jd kpengen bljr bikin pasta juga jadinya 🙂
post resep dong mbak 🙂
iyofavoritku agus sama tata
Aku suka yg tradisional2 saja. Haha..
Yang bikin kepuhunan itu malah kue2 basah khas daerah kita yan..kalo yg pasta2 gt..gak bakal lah.. eh dibanding laksa pasti lebih susah laksa ya?hehe
Agus itu begitu humble, tenang, dan pinter masak. pengen kenalan deh hikhikhik.
ada resep bikin Ipau tidak? 😀
kakaaa… jadi lapaaar.. :)))di Bjm di mana spageti yang nyaman ka?
Hehehe, love spaghetti very much 😀
kalo spagethi yang instan emang ga mahal-mahal amat kok. menurutku yang mahal itu pelengkapnya. daging dsb 😀
suka semua yang Antung tulis, tapi nahan-nahan diri, karena kalau dituruti makan itu semua semua itu, tubuhku bisa sebesar…:D
saya resepnya juga nyari-nyari di internet,mba.paling pake bawang bombay, bawang putih, digoreng, trus masukin daging, masukin saus tomat atau susu, kasih garam sama merica. jadi deh 😀
aku fero sama agus, han 🙂
yang tradisional emang lebih enak kok 🙂
apalagi mun ngidamnya wadai tradisional yang ngalih dicari, bun lah. bisa beliuran tu. hehehenah ulun laksa aja kada tahu kyp meulahnya 😀
jiahhh..saya yang satu kampung sama dia aja penasaran sama diaada yang tau profilnya ga? 😀
ipau tu yang kaya lumpia tapi bekuah santan tu kah?
aku biasanya nukar di Warung Pojok parak kantorku.hihi. tapi akhir-akhir ini lebih rancak meulah sorang ketimbang nukar. puas makannya. hehehekalo hdk nyaman ya di pizza hut 😀
ka imaaa…ini akun piankah?ayo bikin usaha spageti jua ka 😀
hik bener banget, mba febi. suka ngiri sama mereka yang makannya banyak tapi badannya nggak gemuk-gemuk 😀
hehehe wong banjar 😀
@bimo : bukan wong banjar, tapi urang banjar 😀
ah iya.. kalo wong mah kayak saya, wong solo 😀
jadi ingat ayam goreng 😀
spageti, cukup kadang2 saja..martabak, bolehlah lebih sering, hihi
martabak vs spageti? hmmm 😀
yup saya jg mengunggulkan agus mbak, Go agus , go agus 😀