Luangkanlah untukku
Harap secepatnya datangi aku
S’kali ini ku mohon padamu
Ada yang ingin ku sampaikan
Sempatkanlah…
Hampa kesal dan amarah
S’luruhnya ada dibenakku
Tandai seketika
Hati yang tak terbalas
Oleh cintamu…
Kuingin marah, melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri disini
Ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada
Bahwa hatiku kecewa…
Sedetik menunggumu disini, s’perti seharian
Berkali kulihat jam ditangan
Demi membunuh waktu
Tak kulihat tanda kehadiranmu
Yang semakin meyakiniku
Kau tak datang
Kecewa – Bunga Citra Lestari
***
Beberapa waktu yang lalu kantor saya pernah mengalami sedikit gonjang-ganjing yang disebabkan oleh kekecewaan salah satu pihak atas pihak lain yang diungkapkan melalui facebook. Jadi ceritanya, beberapa teman di kantor mengambil proyek di luar kantor. Pekerjaan yang saya geluti ini memang memberikan peluang yang sangat besar untuk mengambil proyek di luar dari pekerjaan kantor alias freelance. Ambil contoh membuatkan penawaran kontraktor, membuat RAB perencanaan, drafter sampingan, sampai yang paling besar mengerjakan proyek sendiri. Saya sendiri juga kadang-kadang mengambil kesempatan freelance ini. Prinsipnya adalah jangan sampai mengganggu pekerjaan kantor masing-masing.
Namun adakalanya pekerjaan freelance ini tanpa bisa dihindari berbenturan dengan kepentingan kantor. Dan disinilah permasalahan itu bermula. Karena diharuskan memilih antara dua kepentingan yang mungkin sama-sama penting, tak jarang membuat orang-orang yang mengambil pekerjaan luaran ini harus berbohong. Ijin sakit padahal keluar kota untuk mengurus pencairan, misalnya. Saya sendiri kala itu berada di pihak teman-teman yang “berbohong” ini. Alasannya kala itu, saya sendiri juga mengambil pekerjaan luaran. Jadi wajar dong kalau saya mendukung mereka, tanpa perlu meletakkan posisi saya di pihak mereka yang merasa dibohongi. Sampai akhirnya, saya merasakan sendiri bagaimana kekecewaan yang dirasakan oleh rekan kantor kala itu akibat kebohongan demi kebohongan yang mereka lakukan.
Kebohongan, merupakan salah satu hal yang bisa menghilangkan kepercayaan. Seperti kisah seorang anak desa yang mengaku-ngaku dikejar-kejar harimau. Satu kali dia berbohong, orang percaya. Kali kedua, orang masih percaya, walau mulai terbersit ragu dalam benak mereka. Sayangnya untuk kali ketiga orang sudah tak percaya lagi dengan teriakannya. Jadilah ia dimakan harimau.
Intinya, tidak ada yang suka dibohongi, termasuk saya tentunya.
Ironisnya, saat ini saya sedang terjebak dalam lingkaran kebohongan tersebut. Dengan alasan setia kawan saya menutupi kegiatan luar kantor yang dilakukan teman-teman saya terrsebut. Meskipun sebenarnya saat ini bagi saya apa yang mereka lakukan sudah sedikit kelewatan, namun jujur untuk saat ini saya sendiri tidak melihat jalan keluar dari semua ini.
Untuk kantor dengan karyawan sedikit seperti kantor saya, melepaskan orang-orang berpengalaman seperti mereka bisa dibilang kerugian. Namun jika melihat apa yang mereka lakukan saat ini, bisa dibilang juga akan menimbulkan kerugian bagi kantor kami. Parahnya saya berada pada posisi “orang kepercayaan” mereka. Saya tidak termasuk menjadi bagian mereka, namun saya mengetahui langkah-langkah yang mereka kerjakan. Kadang saya harus berbohong untuk mereka. Hal yang sebenarnya tidak saya sukai, namun entah mengapa saya bersedia melakukannya. Dalam hati saya tidak membenarkan apa yang mereka lakukan, namun di luar saya mendukung mereka dengan menutup mata atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Saya lelah. Dan saya kecewa.
Gambar pinjam dari sini.