no smoking please, honey


Tadi siang saya dan seorang teman kantor memutuskan untuk makan siang di kampus Universitas Lambung Mangkurat. Kebetulan kami memang baru saja singgah di kampus teknik waktu itu. Cukup lama tidak makan di sana (sebenarnya kampus saya ada di banjarbaru, namun saya pernah satu kali makan di tempat itu), saya cukup kaget dengan bertambahnya variasi penjual makanan yang berlokasi tepat di samping gedung Menwa tersebut. Kalau dulu yang saya ingat jenis makanan yang dijual di tempat itu hanya sate dan mie ayam plus penjual minuman, maka sekarang sudah ada soto lamongan, nasi lalapan, empek-empek, hingga bakso. Dan karena lokasinya yang strategis ditambah harga yang pas di kantong mahasiswa, maka sudah sangat wajar jika tempat itu selalu ramai setiap harinya.

Sesampai di sana, saya dan teman segera memesan makanan. Saya memilih mie ayam, sedangkan teman saya memilih sate. Kami lalu mencari tempat duduk yang kosong diantara sekian banyak tempat duduk yang sudah terisi. Tak lama setelah saya duduk, beberapa orang pria datang dan duduk di bangku yang terletak di samping saya. Sialnya salah seorang di antara mereka merokok, dan asapnya tepat bertiup ke arah saya. Lalu datang lagi sepasang laki-laki dan perempuan (mungkin sepasang kekasih) yang kemudian duduk di bangku di depan saya namun lebih ke samping. Dan lagi-lagi si cowok merokok. Singkat kata, saya diserbu asap rokok dari 2 penjuru.

Sebagai orang yang tumbuh di lingkungan (baca : rumah) yang bebas asap rokok, hal seperti ini tentu sangat mengganggu saya. Sayangnya saya bukan termasuk orang yang cukup punya nyali untuk dengan santainya menegur orang yang tak saya kenal agar dia berhenti merokok. Paling banter saya memberikan tanda seperti mengipas-ngipaskan tangan tanda saya tak nyaman. Lain halnya jika orang yang merokok tersebut sudah cukup mengenal saya, maka saya tentu takkan segan-segan memintanya untuk menjauh jika ingin tetap merokok. Dan alhamdulillah teman-teman saya itu menghormati keinginan saya.

Nah, ketika saya melihat seorang laki-laki bisa dengan santainya merokok di samping gadis yang anggaplah pacarnya, bisa dibilang membuat saya bertanya-tanya. Apakah si gadis sudah begitu terbiasanya dengan asap rokok sehingga dia tidak peduli dengan kepulan asap yang mengotori udara yang ia hirup? Bukankah seharusnya sebagai seorang pacar dia punya hak untuk meminta sang pacar agar tidak merokok setidaknya saat sedang bersamanya?

Nb : gambar pinjam di sini.

32 pemikiran pada “no smoking please, honey

  1. Aduuh, aku juga kadang ga enak hati mau negur langsung orang yg kebetulan ngerokok deket2 mbk.. Apalagi pernah aku liat ada orang yang ngerokok dibawah sign “no smoking”,, sayangnya ga punya nyali negur,,hehe

  2. Aku tumbuh di lingkungan yg familiar dg asap rokok, padahal aku juga benci rokok dan asapnya. Belum bisa ngebayangin-dan yg aku takutkan- gimana seandainya di ‘masa depan’ aku dihadapkan dg perokok juga. Semoga tidak ya Allah…

  3. Aduuh, aku juga kadang ga enak hati mau negur langsung orang yg kebetulan ngerokok deket2 mbk.. Apalagi pernah aku liat ada orang yang ngerokok dibawah sign “no smoking”,, sayangnya ga punya nyali negur,,hehe

  4. Aku tumbuh di lingkungan yg familiar dg asap rokok, padahal aku juga benci rokok dan asapnya. Belum bisa ngebayangin-dan yg aku takutkan- gimana seandainya di ‘masa depan’ aku dihadapkan dg perokok juga. Semoga tidak ya Allah…

  5. boemisayekti said: Aku tumbuh di lingkungan yg familiar dg asap rokok, padahal aku juga benci rokok dan asapnya. Belum bisa ngebayangin-dan yg aku takutkan- gimana seandainya di ‘masa depan’ aku dihadapkan dg perokok juga. Semoga tidak ya Allah…

    semoga kita bisa dapat orang yang nggak merokok yaaa 🙂

Tinggalkan Balasan ke saturindu Batalkan balasan