Kalau diliat dari tanggalnya, akun Multiply saya ini dibuat pada tanggal 09 Agustus 2007. Weits, kesannya kok veteran banget ya? hehehe. Saya aja pas sadar dengan tanggal itu rada kaget. Masa iya tahun 2007 saya sudah kenal yang namanya Multiply? Padahal kalau dirunut postingan pertama saya dibuat pada tanggal 19 Oktober 2009. Jadi artinya MP saya nganggur selama 2 tahun lebih. Saya bahkan sempat lupa kalau saya punya rumah bernama Multiply.Lalu, bagaimana ceritany rumah yang sempat terlupakan ini bisa hidup kembali? Well, here we goes…
Sejak bertahun-tahun yang lalu saya memang sudah tertarik dengan dunia blog. Waktu itu saya sempat membuat beberapa akun blog, salah satunya di blogspot. Beberapa tulisan sempat lahir di blog yang bernama sama dengan alamat rumah saya yang sekarang di kampung Multiply ini. Namun karena emang dasarnya saya bukan orang yang hobi “kelayapan” (baca : blogwalking) dan nggak ngerti gimana mendekorasinya akhirnya blog tersebut terlantar karena saya keburu bosan.
Tak lama, berkenalanlah saya dengan Multiply. Saya lupa dapat info dimana yang menyebutkan kalau ngeblog di Multiply lebih gampang ketimbang di blogspot. Maka dibuatlah akun ayanapunya.multiply.com. Sayangnya ketika rumah baru itu sudah berdiri, saya malah merasa makin bingung dengan tampilan Multiply kala itu. Ditambah dengan akses internat yang di masa itu emang nggak segampang sekarang (warnet dimana-mana, bisa pake modem dsb), akhirnya saya pun lagi-lagi menelantarkan rumah kedua saya.
Tahun 2009, saya lagi-lagi membuat akun di multiply (see..saya sepertinya benar-benar penasaran dengan yang namanya nge-blog). Akun tersebut akhirnya dinamai antungapriana.multiply.com karena nama ayanapunya sudah ada yang punya katanya. Waktu itu saya sendiri nggak ngeh kalau akun yang “sudah ada yang punya” itu adalah milik saya sendiri. Hanya ada 2 postingan di akun tersebut. Kenapa? Karena ketiga kalinya saya log in ke multiply, secara tanpa sengaja saya memasukkan id dan password akun lama saya, ayanapunya.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa sih saya ngotot banget pake nama ayanapunya? Dan sebernarnya apa arti dari nama tersebut. Well, memang ada kisah historis dibalik nama ayanapunya. Masa-masa saya menggunakan nama ayanapunya adalah masa ketika seorang lawan jenis berhasil menjadi salah satu inspirasi hidup saya. Dia selalu menambahkan kata punya di belakang barang-barang miliknya (misal xxdrivepunya, xxdatapunya). Dia juga yang secara tanpa sengaja memberikan nama ayana pada saya. Sayangnya impian saya untuk menyatukan nama saya dengan namanya harus rela dikubur. Sementara nama itu sudah sangat melekat pada saya. Apa boleh buat, karena saya juga sudah terlanjur suka dengan id tersebut, maka saya memutuskan untuk tetap menggunakan nama ini. Toh untuk saat ini statusnya dalam hidup saya hanyalah bagian dari kenangan.
Bicara tentang interaksi sesama penduduk Multiply, harus saya akui kalau MP ini memiliki kelebihan tersendiri di banding kampung lainnya. Formatnya yang dibuat layaknya social network membuat pemilik akun pemalas kayak saya nggak harus repot blogwalking untuk mendapat update tulisan terbaru dari tetangga saya. Cukup liat di inbox, maka saya bisa dapat banyak tulisan untuk dibaca. Format seperti ini juga memungkinkan para pemilik akun multiply untuk memperluas jaringan pertemanannya.
Sayangnya untuk urusan memperluas jaringan pertemanan ini, saya termasuk orang yang payah. Di Multiply, bisa dibilang berlaku hukum tak tertulis “the more you comment, the more you get friend.” Saya jarang ber-OOT ria (tak terbiasa lebih tepatnya). Padahal kalau diliat OOT terbukti bisa lebih mengakrabkan suasana. Dan lebih parah, saya memiliki kecenderungan untuk menjadi silent reader, membaca tanpa mengomentari. Untuk yang satu ini saya punya alasan. Alasan terbesar biasanya karena lapak yang saya kunjungi udah punya ratusan komen, sehingga membuat saya agak ragu dan bingung untuk sekedar meninggalkan jejak di sana. Mau komen apa? Kayaknya komen saya bakal tenggelam di antara komen yang lain. Itu biasaya yang terpikir di benak saya.
Memutuskan menjadi silent reader, tentunya saya harus siap untuk menanggung resiko. Salah satunya adalah tulisan saya jadi jarang dikomentari orang. Kadang sedih juga kalau melihat history view dari tulisan saya yang sedikit dilirik orang. Namun saya sepenuhnya sadar kalau itu dalah resiko yang harus saya tanggung ketika memutuskan tak banyak bicara. Lagipula jika dibandingkan dengan apa yang saya dapat sejak berkenalan dengan Multiply, sedikitnya komentar di tulisan saya rasanya bukanlah hal yang harus dibesar-besarkan. Toh sampai saat ini saya masih betah berada di rumah ini.
Lalu apa saja sebenarnya yang saya dapatkan selama ber-Multiply ria? Banyak. Lewat Multipy ini saya bisa bertemu dengan orang-orang luar biasa yang membuat saya tersadar kalau selama ini saya hidup di bawah tempurung. Ada Dani (darnia) yang koleksi bacaannya benar-benar di luar standar (dulu saya sempat bingung apakah harus memanggil dani mba atau mas :D). Dani ini termasuk salah satu yang berperan dalam peralihan genre bacaan saya. Saya juga ketemu Desi (malambulanbiru), penulis berbakat dengan gaya tulisan yang selalu membuat saya ngiri. Ada Mba Anaz dan Ivonie yang membuka mata saya kalau menjadi TKW tak berarti kita harus melupakan mimpi. Lalu ada Nita yang membuktikan
kalau kekurangan bukanlah halangan untuk maju. dan ada juga Dila Saktika Negara, ibu guru muda yang sering membuat saya minder dengan determinasi yang dia miliki.
Melalui Multiply, saya juga jadi mengetahui apa itu yang namanya kopdar. Lalu, berbagai review buku ataupun film bagus juga rata-rata saya temukan di Multiply. Bahkan kadang untuk update berita terbaru pun saya dapatkan dari rumah ini (kasus video ariel misalnya). Beberapa tulisan teman-teman MP-ers juga sukses membuka pikiran saya. Dan yang lebih penting, melalui Multiply saya belajar untuk menuangkan segala pikiran saya dalam bentuk tulisan.
Untuk semua alasan di atas, pantaslah jika saya menyebut Multiply sebagai rumah yang paling nyaman.
***
Tulisan ini dibuat dalam rangka ikut serta dalam lomba yang diselenggarakan oleh mba Reny dan Bu Feby.
Foto diambil dari sini.